Minggu, 16 Desember 2012

Adven 2012

"Kita berhenti di dunia yang terus berlari"

 Lukas 3:1-17

 
Masa Adven adalah masa untuk mempersiapkan Natal dan menyambut Yesus. Masa ini butuh ketenangan dan permenungan. Masa ini bukan masa biasa, tetapi masa yang harus dijalani dengan ketekunan untuk berdoa dan terus dekat dengan Injil. Ini adalah masa penantian bagi orang Kristiani. 

Sebuah pertanyaan bagi kita di masa penantian ini adalah, “Dimanakah ruang untuk Tuhan, jika kita terus saja berlari ?". Padang gurun yang digambarkan memiliki arti kesendirian, kekeringan, dan tidak punya arah. Harus direnungkan, bahwa di dunia yang lengah dan kering seperti gurun, atau di dunia yang terus berlari dengan penuh kekhawatiran akan diri sendiri, tentu membuat banyak orang lemah di sekitar kita tidak akan mendapatkan tempat di hati banyak orang dan di “rumah-rumah”. 

-----------------------
“Dimanakah ruang untuk Tuhan, 
jika kita terus saja berlari ?"
----------------------- 

Oleh karena itu, di masa Adven ini Komunitas Sant’Egidio di Yogyakarta dan juga di tempat-tempat lain, selalu memilih waktu khusus untuk berkumpul bersama saudara-saudari, berhenti dari segala kesibukan pribadi, dan berdoa bersama. Mulai mendengar Injil dan perlahan menemukan berbagai jawaban atas apa yang terjadi di dalam diri, di Komunitas, dan di berbagai lingkungan kita dan juga dunia. Harus ada jawaban dan tindakan kasih konkrit yang lahir dari masa adven ini terhadap semua orang, khususnya bagi mereka yang membutuhkan persahabatan. 


Selamat menjalani Masa Adven !!!

Berjalan Bersama Lansia

Makan Bersama Sahabat Lansia di Panti Wreda Rindu 
Padudan-Klitren.

Pada akhir tahun 2011, Komunitas mendapatkan beberapa sahabat baru di sebuah Panti Lansia. Panti ini bernama “Panti Wreda Rindu Padudan”, terletak di pusat Kota Yogyakarta, dan dikhususkan untuk  para lansia perempuan. 

Komunitas mulai megunjungi para oma, begitu mereka biasa disapa, dan memulai sebuah relasi yang serius. Setiap hari sabtu, Komunitas mengambil waktu khusus untuk mengunjungi dan menghibur para oma. Dimulai dengan bernyanyi, bermain bersama, dan banyak berbicara dengan mereka, juga mendengar semua cerita dan pengalaman hidup yang begitu panjang, sepanjang usia hidup mereka.  

Bagi Komunitas, persahabatan dengan para lansia, sama artinya berjalan bersama mereka, tidak meninggalkan mereka jauh di belakang kehidupan, layaknya seorang sahabat yang selalu ada di hati. Juga melihat kehidupan mereka yang panjang sebagai sebuah berkat, dan tanda bahwa usia yang panjang adalah kesempatan bagi generasi yang lebih muda untuk belajar menghargai pentingnya nilai kehidupan seorang manusia. 

Usia yang panjang bukanlah sebuah beban bagi siapapun di zaman ini. Ketidakmampuan mereka untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu, bukan akhir dari segalanya. Keberadaan mereka janganlah dipandang dengan penuh kekuatiran, karena jika hal ini terjadi, maka akan terjadi konflik yang sesungguhnya antar generasi. Oleh karena itu, butuh sebuah “Rekonsiliasi” antar generasi yang berbeda.Pemuda dan orang dewasa membutuhkan para lansia dan juga sebaliknya.

Orang-orang muda harus datang kepada para lansia karena mereka masih mampu memberikan pengalaman, masih mampu memberikan waktu untuk mendengar dan  masih mampu mendoakan. Doa-doa mereka adalah sumber dukungan yang kuat bagi Gereja dan dunia. Inilah berkat bagi orang yang lebih muda. Tanpa kehadiran mereka orang muda tidak belajar apapun  dari kehidupan masa lalu, dan juga  tidak bisa membawa sesuatu yang lebih baik ke masa depan. Usia yang panjang adalah salah satu hasil terbaik dari zaman ini. 

Jangan meninggalkan orang tua, atau para lansia sendiri tanpa satupun suara yang memanggil nama mereka. Jangan membiarkan mereka hidup di sebuah "benua baru", yang penuh kesendirian, keputusasaan, dan penderitaan. Orang yang lebih muda harus memulai sebuah cara baru, budaya baru yang lebih manusiawi. Harus menjaga para lansia agar tetap berhubungan dengan dunia luar, dan membantu mereka menjaga harga diri mereka. Ini juga cara untuk berterima kasih yang paling baik.

Memasak dan makan bersama para lansia di rumah mereka atau panti, adalah usaha Komunitas untuk membawa para lansia duduk di sebuah tempat yang layak bagi mereka. Ini sebuah hubungan yang penting, karena dari sebuah meja makan persahabatan, mereka menemukan jendela dan pintu untuk kembali ke dalam masyarakat. Hari-hari para  lansia tidak lagi sendiri ketika banyak hal mulai hilang dari kehidupan mereka, oleh karena kasih sayang yang diberikan oleh orang yang lebih muda.

Rabu, 05 Desember 2012

LANGKAH PENTING MENUJU PENGHAPUSAN HUKUMAN MATI

Komunitas Sant'Egidio Yogyakarta & Kampanye Hari Hak Hidup 


Satu langkah penting untuk membawa kesadaran ini sampai ke tingkat dunia yang dinyatakan dalam penetapan Hari Internasional “City forLife – City Against the Death Penalty” yang di usulkan oleh Komunitas Sant’Egidio dan Region Tuscany (di bawah Pemerintahan Kota Roma) dan diimplementasikan oleh banyak Kota, Organisasi-organisasi, dan Kelompok-kelompok lainnya atas usaha mereka sendiri.  

Pelaku utama dari kegiatan ini adalah kota-kota di dunia yang terlibat dalam petisi untuk menentang hukuman mati (moratorium on death penalty), yang dalam gerakan simbolis ditunjukan dengan menerangi suatu monumen penting, tepat pada hari dimana penghapusan hukuman mati untuk pertama kalinya terjadi di dunia yaitu pada 30 November 1786, oleh Grand Duchy of Tuscany. Dan juga pada setiap tanggal 30 November berikutnya, banyak kota akan turut serta dalam program ini, dengan menjadikan “Kota Untuk Kehidupan-Kota Menentang Hukuman Mati” dan bersama-sama meyakini suatu Prinsip  
“TIDAK ADA KEADILAN TANPA KEHIDUPAN”.



Kami mengajak kota-kota di dunia, 
juga teman-teman, 
untuk turut ambil bagian dalam gerakan 
Kota Bagi Hidup, Kota-kota menentang Hukuman mati  yang dilaksanakan pada tanggal 30 November  setiap tahunnya    setiap tahunnya”.

-----------------------------------------

Seperti Tahun-tahun lalu, Komunitas membawa kembali hari 30 November ke dalam ingatan publik, agar publik tidak melupakan perjuangan untuk sebuah kehidupan atas sebuah hukuman mati.Komunitas di Yogyakarta mengumpulkan tanda tangan di kampus FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan juga membagikan brosur, serta makalah yang terkait kampanye Hari Hak Hidup. Pada malam harinya Komunitas mengadakan acara "Malam Seribu Lilin", yang bertempat di Bundaran UGM untuk mengenang semua orang yang telah dieksekusi mati Hukuman Mati)  dan mereka yang sedang menunggu eksekusi hukuman mati dilakukan, juga membagikan secara cuma-cuma brosur dan stiker, agar gerakan ini semakin dikenal luas oleh masyarakat, sehingga melahirkan inisiati-inisiatif kecil di masa datang bagi sebuah penghapusan hukuman mati. 

"Ini semua demi kehidupan yang lebih manusiawi dan penguatan terhadap Hak Asasi Manusia."

Membawa Budaya Baru ke Kampus

Tanggal 24 November  Komunitas Sant'Egidio mengikuti sebuah acara Pentas Budaya di kampus Realino, Universitas Sanata Dharma Yogyakata. Acara ini salah satu dari rangkain acara Dies Natalis. Komunitas berpartisipasi dengan mengisi sebuah stand yang telah dipersipakan panitia sebelumnya.
Bagi Komunitas, acara ini adalah sebuah momen yang tepat untuk memperkenalkan Komunitas secara lebih luas lagi di kalangan mahasiswa dan cara untuk membawa sebuah budaya baru yang bercirikan Komunitas Sant'Egidio.

Komunitas Sant'Egidio yang sebagian besar beranggotakan mahasiswa dari Universitas Sanata Dharma, juga mengajak beberapa mahasiswa yang mengunjungi stand, untuk mengenal Komunitas lebih baik dan menawarkan beberapa alternatif kegiatan yang bisa mereka lakukan. Komunitas juga berharap banyak mahasiswa yang terpanggil dan bergabung bersama Komunitas.



( Dalam acara ini banyak budaya nasional yang ditampilkan oleh mahasiswa yang berasal dari berbagai suku dan bergabung di dalam beberapa fakultas serta jurusan. Acara dibuka dengan lomba tari, pawai budaya, dan pentas seni tari, serta ditutup dengan pagelaran wayang orang..Bravo )

Kunjungan Dr. Valeria Martano ke Yogyakarta


Kunjungan Dr. Valeria Martano yang di dampingi Dr. Claudio Betti ke Komunitas Sant'Egidio Yogyakarta pada tanggal 26 November 2012, disambut gembira oleh semua anggota Komunitas.Dalam kunjungan yang singkat ini, banyak hal yang disampaikan oleh Dr.Valeria, khususnya mengenai kunjungan Bapa Paus Benediktus XVI ke Rumah Lansia milik Komunitas Sant'Egidio di Roma. 


Pertemuan yang dilangsungkan di Rumah Komunitas Yogyakarta Jl.Rajawali, No 14, Pringwulung ini merupakan sebuah pertemuan keluarga Komunitas yang dimaksudkan untuk saling membantu dan memberi semangat, serta informasi tentang berbagai kemajuan dan kegiatan yang sedang dan akan dilakukan oleh Komunitas Sant'Egidio di seluruh dunia.

Dr.Valeria Martano yang saat ini menjadi koordinator dan penanggung jawab Komunitas Sant'Egidio Regioan Asia Pasifik, mengungkapkan bahwa kunjungan Bapa Paus Benediktus XVI ke Rumah Lansia Komunitas adalah sebuah tanda bahwa Komitmen komunitas terhadap semua orang yang miskin, baik itu miskin perhatian dan kasih juga materi, didukung penuh oleh Gereja dan menjadi perhatian serius.Ini juga merupakan kunjungan keempat kalinya Bapa Paus ke Komunitas Sant'Egidio selama beberapa tahun terakhir.

Bagi Komunitas, karya ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Konsili Vatikan II, yaitu "Gereja Bagi Semua Orang, Khususnya Orang Miskin". Komunitas Sant'Egidio berusaha menjaga pesan ini dan menjalankannya, serta menyampaikan pesan ini ke seluruh dunia melalui berbagai karya dan tindakan kasih. 

Selain itu Dr.Valeria, juga mengajak semua anggota Komunitas untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa Adven dan menyadari bahwa Komunitas adalah sebuah budaya baru, yaitu kasih, dan harus tinggal bersama semua orang seperti pelangi yang menjadi satu dengan berbagai warna.

Kis 16 : 9 - 10 "Datanglah & Bantulah Kami"
Komunitas juga harus terus berharap akan hidup yang lebih baik atas semau orang miskin yang ditemui setiap hari, setiap minggu dalam berbagai pelayanan. Setiap orang harus menjadi pelayan bagi yang lain, oleh karena itu setiap anggota Komunitas harus memiliki satu tempat pelayanan. Dr.Valeria menutup pertemuan ini dengan sebuah renungan kecil dari, KIS 16 : 9 - 10, dan kembali berpesan untuk sungguh mempersiapkan diri untuk Adven dan Natal.

CIAO Val & Claudio..


 

30 Tahun Makan Siang Natal Komunitas Sant'Egidio

Makan Siang Natal, Makan Bersama Keluarga



Pada tanggal 25 Desember 1982, di sekeliling meja di dalam Gereja Basilika Santa Maria Trastevere di daerah Trastevere, Roma, Italia, Komunitas Sant’Egidio mengumpulkan sekelompok kecil orang yang terdiri dari orang-orang muda, orang tua, orang tunawisma. Mereka diundang dalam sebuah acara  
“Perjamuan Natal “ yang penuh dengan susasana persahabatan.
Makan malam Natal yang diselenggarakan Komunitas Sant'Egidio di Roma pada tahun 1982 itu, dimulai dengan sebuah alasan, yaitu :

“Bagi mereka yang ditinggal sendirian,
Natal dapat menjadi kutukan,
bukan berkah”.


Oleh karena itu, gagasan untuk Makan Siang Natal ini adalah sebuah acara yang spesial  dari sebuah “Keluarga” (Komunitas Sant’Egidio) bagi setiap orang.

Ide  perjamuan yang indah ini lahir di salah satu Gereja  Basilika Romawi yang tertua di kota Roma.  Ide ini  berusaha merubah  “Kutukan menjadi berkat, kesedihan menjadi kegembiraan.”

Gagasan dari Komunitas Sant’Egidio di Roma ini telah benar-benar  mencapai seluruh dunia. Meja perjamuan itu semakin "diperpanjang, diperlebar, diperindah" dan telah tiba di kota-kota Italia lainnya, kemudian negara-negara Eropa lainnya, dan juga benua lain. Saat ini Makan siang Natal telah menjadi contoh bagi semua orang. Telah dirayakan dari Turin ke Palermo, dari Pantai Gading ke Indonesia, dari Kuba ke Rusia.
Ini adalah tanda harapan untuk masa depan dunia kita yang penuh dengan globalisasi. Ini adalah  spiritualitas yang lahir dari persahabatan dengan orang miskin dan karya solidaritas setiap hari yang dapat menjangkau setiap orang.


Makan Siang Natal di Yogyakarta 


Di Yogyakarta, Makan Siang Natal Komunitas Sant'Egidio sudah dimulai dengan lebih baik pada tahun 2007. Dimulai saat itu, setiap tanggal 25 Desember, Komunitas mengundang semua sahabat yang selalu besama Komunitas dan mengadakan perjamuan yang istimewa. Ada yang datang dari panti asuhan, panti jompo, Sekolah Damai, dan juga yang hidup di jalanan. Semua berkumpul di sebuah meja dan saling membagi kebahagiaan. Di dalam perjamuan ini semua orang merasakan kebersamaan dan tidak ada lagi dinding pemisah antara yang satu dengan yang lain. 


Setiap tahun jumlah undangan Makan Siang Natal terus bertambah, dan ini adalah sebuah tanda yang baik, yakni persahabatan yang semakin luas dan dalam dengan semua orang, khususnya mereka yang mengalami lebih banyak kesulitan hidup.

Tahun ini, Komunitas Sant'Egidio di Yogyakarta akan mengadakan Makan Siang Natal seperti empat tahun belakangan ini. Semoga acara ini menjadi tanda kebahagiaan dan cara konkrit untuk menjawab semua pertanyaan tentang persahabatan, persaudaraan dan cinta dari setiap orang yang berada di sekitar kita.

Ini juga sebuah cara untuk menyambut semua orang pada hari Natal.

Kami mengundang saudara dan saudari untuk bersama-sama berpartisipasi mewujudkan acara ini. Saudara-saudari bisa menjadi sukarelawan atau  pun donatur.

Contack Person
:            
Sham  ( 085 228 901 533 )
Mario ( 081 328 434 115 )
Ivon  ( 085 238 818 199 )
Maria ( 085 643 224 733 )



Rekening Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta
a. n. Carolie Ivoni R. Wangge
BRI Unit Gejayan Yogyakarta
No. Rek: 0987-01-014096-53-0

Bisa juga melalui :

BCA Cab.Suryopranoto Jakarta
261 208 5090
Yayasan Komunitas Sant'Egidio

Mandiri Cab.Suryopranoto Jakarta
121 - 00 - 0070268 - 2
Yayasan Komunitas Sant'Egidio



Sabtu, 14 Januari 2012

30 November - Hari Hak Hidup

    
Penghapusan hukuman mati untuk pertama kalinya terjadi di dunia yaitu pada 30 November 1786, oleh Grand Duchy of Tuscany. Dan juga pada setiap tanggal 30 November berikutnya, 
banyak kota akan turut serta dalam program ini, dengan menjadikan 
“Kota Untuk Kehidupan - Kota Menentang Hukuman Mati” 

Setiap tahun, Hari 30 November diperingati oleh Komunitas Sant’Egidio dan beberapa organisasi di seluruh dunia sebagai hari bagi HAK HIDUP dan MENENTANG HUKUMAN MATI. Berbagai kampanye dilakukan di seluruh dunia, tempat Komunitas berada. Teman-teman di Yogyakarta juga memperingati hari Hak Hidup ini dengan mengumpulkan tanda tangan untuk mendukung penolakan  terhadap hukuman mati di berbagai tempat, seperti di gereja, kampus dan juga menyebarkan berbagai brosur tentang gerakan ini serta membentangkan spanduk. 

Bersama dengan lima juta orang yang telah menandatangani petisi ‘Moratorium 2000’ yang dinyatakan oleh Komunitas Sant’Egidio dan Amnesti Internasional, telah memperbaharui panggilan bagi suatu morotarium seluruh dunia untuk mengakhiri hukuman mati, dengan  keyakinan bahwa hukuman mati : 
 



Mengapa Hukuman Mati Harus Dihapuskan ???

  1. HAK HIDUP menjadi nilai yang harus dijnjng tinggi sebagai rahmat dari Tuhan, Pencipta dan Pemelihara kehidupan.
  2. HAK UNTUK HIDUP juga merupakan landasan paling dasar bagi setiap pertimbangan etis.
  3. Berbagai studi yang pernah dilakukan memperlihatkan bahwa hukuman mati tidak menimbulkan “efek jera” yang diniatkan oleh ancaman hukuman tersebut.
  4. Hukuman mati merupakan titik final yang tidak dapat ditinjau kembali dan diperbaiki.  Itu berarti ada banyak kemungkinan di mana kita membunuh orang yang sesungguhnya tidak bersalah!
    ------------------------------------------------------
Komunitas Sant'Egidio Yogyakarta & 
30 November - Hari Hak Hidup

 
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas Sant'Egidio di kota Yogyakarta adalah, menggumpulkan tanda tangan sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan menolak hukuman mati, membagikan brosur yang berisikan berbagai informasi, membagikan stiker dan juga pernah mengadakan kegiatan donor darah.
Kegiatan ini terus dilakukan setiap tahun sebagai bentuk komitmen Komunitas dalam memperjuangkan sebuah dunia yang menjunjung tinggi nilai kehidupan. Ini juga sebuah kampanye untuk mendorong inisiatif masyarakat agar memperhatikan hal ini dengan lebih serius.
Bagi Komunitas “TIDAK ADA KEADILAN TANPA KEHIDUPAN”.  


Bersama Seluruh dunia mari kita suarakan, "Say No To The Death Penalty".